Untuk mendapatkan efek obat yang optimal, obat harus diminum pada waktu
yang tepat. Beberapa obat mungkin bisa diminum setiap saat tanpa mempengaruhi
efeknya, sedangkan obat lain sebaiknya diminum pada saat-saat tertentu. Mengapa
ada obat yang harus diminum sebelum atau sesudah makan? Tidak benar bila berpendapat
bahwa sebaiknya sebelum minum obat harus makan dulu sebagai “alas”.
Obat adalah suatu senyawa kimia yang memiliki aneka sifat dan efek. Ketika
obat diminum, tentu akan melewati lambung dan masuk ke dalam usus. Sebagian
kecil obat diserap di lambung, dan sebagian besar adalah di usus halus yang
permukaannya sangat luas. Pada dasarnya obat-obat dapat diserap dengan baik dan
cepat jika tidak ada gangguan di lambung maupun usus, misalnya berupa makanan. Obat dapat berinteraksi dengan
makanan. Ada obat-obat yang penyerapannya terganggu dengan adanya makanan, ada yang
justru terbantu dengan adanya makanan, dan ada yang tidak terpengaruh dengan
ada/tidaknya makanan. Hal ini akan menentukan kapan sebaiknya obat diminum,
sebelum atau sesudah makan. Tapi jangan salah, yang dimaksud dengan sebelum
makan adalah ketika perut dalam keadaan kosong. Sedangkan sesudah makan adalah
sesaat sesudah makan, ketika perut masih berisi makanan, jangan lewat dari 2
jam. Kalau lebih dari dua jam setelah makan, makanan sudah diolah dan diserap,
kondisinya bisa disamakan dengan sebelum makan. Antibiotika eritromisin dan amoksisilin misalnya, dan analgetika parasetamol, akan diserap lebih baik jika
tidak ada makanan, sehingga lebih baik jika diminum sebelum makan. Sedangkan
obat anti epilepsi fenitoin, atau obat hipertensi propanolol
misalnya, akan terbantu penyerapannya dengan adanya makanan, sehingga
sebaiknya diminum sesudah makan. Selain interaksi dengan makanan secara umum,
obat tertentu dapat berinteraksi secara khusus dengan senyawa tertentu dari
makanan. Contoh terkenal adalah antibiotika tetrasiklin. Tetrasiklin dapat berikatan dengan
senyawa kalsium membentuk senyawa yang tidak dapat diserap oleh tubuh, sehingga
mengurangi efek tetrasiklin. Jadi jika tetrasiklin diminum bersama susu, atau
suplemen vitamin-mineral yang mengandung kalsium, efek tetrasiklin bisa jadi berkurang. Selain tetrasiklin, ada juga
antibiotika golongan kuinolon, seperti siprofloksasin, ofloksasin, yang juga bisa mengikat logam-logam
bervalensi dua atau tiga, seperti
kalsium, magnesium, dan aluminium. Karena itu, sebaiknya tidak minum obat ini bersama-sama dengan obat-obat
yang mengandung logam2 tersebut seperti pada komposisi obat maag (antasid).
Jika terpaksa harus menggunakan obat maag (antasid) bersamaan dengan
antibiotika tetrasiklin atau golongan kuinolon, sebaiknya diberi selang waktu
sedikitnya 2 jam.
Selain interaksinya dengan makanan, sifat suatu obat juga menentukan kapan
sebaiknya obat diminum. Beberapa obat tertentu dapat mengiritasi lambung
sehingga menyebabkan tukak lambung, atau memperparah sakit maag. Contoh
terkenal obat yang termasuk golongan ini adalah aspirin/asetosal, kortikosteroid (deksametason, hidrokortison, dll), dan obat-obat antiradang seperti diklofenak, piroksikam, dll yang sering digunakan untuk obat
rematik. Obat-obat ini harus diminum sesudah makan.
KAPAN SEBAIKNYA MINUM OBAT: pagi, siang atau sore/malam?
Waktu terbaik untuk minum obat tergantung pada jenis obatnya. Di bawah ini
adalah waktu minum obat berdasarkan golongan penggunaannya.
1. Obat diabetes dan penguat jantung
Waktu yang terbaik adalah pukul 4:00 – 5:00 pagi. Tubuh manusia
paling sensitif terhadap insulin pada pukul 4-5 pagi, sehingga jika diberikan
pada saat itu, efeknya paling baik, walaupun dalam dosis lebih kecil. Efek obat
penguat jantung juga lebih tinggi sampai 10-20 kali pada jam tersebut
dibandingkan waktu-waktu yang lain. Hal ini karena tubuh manusia juga paling
sensitif terhadap digitalis. Ini secara teoritis, mungkin pada prakteknya bisa
sedikit bergeser waktunya, misalnya pukul 6 pagi.
2. Obat diuretik (pelancar air seni)
Paling baik digunakan pada pukul 7 pagi. Sangat penting untuk menggunakan
obat pelancar seni pada waktu yang tepat karena itu terkait dengan fungsi
ginjal dan hemodinamik. Selain itu juga pada umumnya pasien dalam keadaan
terjaga, sehingga tidak mengganggu waktu tidur. Obat seperti hidroklortiazid memiliki efek samping yang lebih rendah
jika dipakai pada pukul 7 pagi.
3. Penurun tekanan darah (anti hipertensi)
Waktu yang paling baik adalah pada pukul 9-11 pagi. Riset menunjukkan bahwa
tekanan darah mencapai angka paling tinggi pada pukul 9-11 pagi, dan paling
rendah pada malam hari setelah tidur. Sehingga secara umum, sebaiknya obat
antihipertensi diminum pada pagi hari. Perlu hati-hati jika obat anti
hipertensi diminum malam hari karena mungkin terjadi penurunan tekanan darah
yang berlebihan pada saat tidur.
4. Anti asma
Waktu yang terbaik adalah pada pukul 3-4 sore. Hal ini karena pada
saat itu produksi steroid tubuh berkurang, dan mungkin akan menyebabkan
serangan asma pada malam hari. Karena itu, jika steroid dihirup sore hari, diharapkan
akan mencegah serangan asma pada malamnya.
5. Anti anemia
Waktu yang paling baik adalah pukul 8 malam. Penggunaan obat anemia seperti
Fe glukonat atau Fe sulfat, dll memberikan efek 3-4 kali lebih baik pada waktu
itu daripada jika diberikan pada siang hari.
6. Obat penurun kolesterol
Waktu yang paling baik adalah pada pukul 7-9 malam, karena memberikan efek
lebih baik.
Namun sekali lagi, paparan di atas adalah panduan umum waktu minum obat.
Jika sudah ada aturan pakai dari Apotek, maka gunakan sesuai waktu yang
dianjurkan. Satu hal lagi yang penting dalam waktu minum obat adalah interval
minum obat.
Perhatikan interval waktu minum obat
Selain waktu minum seperti dipaparkan di atas, penting pula memperhatikan
interval waktu minum obat. Maksudnya, jika obat diminta untuk diminum 2 kali
sehari, maka interval waktu yang tepat adalah 12 jam. Jadi, jika obat diminum
jam 7 pagi, waktu minum obat selanjutnya adalah pukul 7 malam, jangan diminum
pagi dan siang. Mengapa? Ini terkait dengan ketersediaan obat di dalam tubuh.
Tujuan obat diminum dua kali atau tiga kali, atau yang lain, adalah untuk
menjaga agar kadar obat dalam tubuh berada dalam kisaran terapi, yaitu kadar
obat yang memberikan efek menyembuhkan. Hal ini tergantung pada sifat dan jenis
obatnya. Ada obat yang cepat tereliminasi dari tubuh karena memiliki waktu-paro (half life) pendek, ada yang panjang. Obat yang
memiliki waktu paro pendek perlu diminum lebih kerap, sedangkan jika waktu
paronya panjang bisa diminum dengan interval lebih panjang, misalnya 1 kali
sehari. Nah, jika obat yang mestinya diminum 2 kali sehari diminum pagi dan
siang (jarak hanya 6 jam), maka mungkin dapat menumpuk kadarnya dalam tubuh
yang bisa memberikan efek tidak diinginkan, sementara interval waktu minum
berikutnya menjadi terlalu panjang yang memungkinkan kadar obat dalam darah
sudah minimal sehingga tidak berefek.
Demikianlah sekilas info tentang waktu minum obat untuk bisa mendapatkan
hasil yang optimal dari penggunaan obat.