Tuesday, July 3, 2012

VAKSIN



Vaksin:
Adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau "liar".
Vaksin dapat berupa galur  virus atau bakteri  yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dsb.). Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-sel degeneratif (kanker).

Menumbuhkan kekebalan
Sistem kekebalan mengenali partikel vaksin sebagai agen asing, menghancur-kannya, dan "mengingat"-nya.
Ketika di kemudian hari agen tsb menginfeksi tubuh, sistem kekebalan telah siap:
Menetralkan bahannya sebelum bisa memasuki sel; dan
Mengenali dan menghancurkan sel yang telah terinfeksi sebelum agen ini dapat berbiak.
Vaksin yang dilemahkan digunakan untuk melawan tuberkulosis, rabies, dan cacar; agen yang telah mati digunakan untuk mengatasi kolera dan tifus; toksoid digunakan untuk melawan difteri dan tetanus.

Vaksin sejauh ini  bisa menimbulkan efek samping yang merugikan, dan harus diperkuat dengan vaksinasi ulang beberapa tiap tahun. Suatu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan vaksinasi DNA.
DNA yang menyandi suatu bagian virus atau bakteri yang dapat dikenali oleh sistem kekebalan dimasukkan dan diekspresikan dalam sel manusia/hewan. Sel-sel ini selanjutnya menghasilkan toksoid agen penginfeksi, tanpa pengaruh berbahaya lainnya. Pada tahun 2003, vaksinasi DNA masih dalam percobaan, namun menunjukkan hasil yang menjanjikan.

Imunisasi di Indonesia dimulai tahun 1858 dengan pelaksanaan imunisasi cacar di Pulau Jawa. Kegiatan ini telah berhasil membasmi penyakit cacar di Indonesia, hingga tahun 1974 Indonesia dinyatakan bebas cacar oleh WHO. Sedangkan program Imunisasi secara resmi dimulai pada tahun 1977.
Program Pengembangan Imunisasi (PPI) mencakup  penyakit utama, yaitu : vaksin BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B harus menjadi perhatian dan kewajiban orang tua untuk memberikan kesempatan kepada untuk mendapatkan imunisasi yang lengkap, sehingga sasaran pemerintah agar setiap anak mendapat imunisasi dasar terhadap 7 penyakit utama dapat dicegah.
Imunisasi polio diberikan untuk memberantas penyakit polio yang didapat dengan gejala adanya kelumpuhan mendadak. Karenanya, pemerintah Indonesia mengadakan program PIN (Pekan lmunisasi Nasional) yang diselenggarakan setiap 5 tahun sekali.

Tiap tahunnya 2-3 kali penyelenggaraan. Hal ini menandakan adanya keseriusan pemerintah Indonesia untuk memberantas penyakit polio dan menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat sesuai Program Pemerintah Indonesia sehat di tahun 2010.


                                     Konsep Dasar Imunisasi
Pengertian:
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan  seseorang  
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila ia terpajan pada antigen
yang serupa, tidak terjadi penyakit.
• Imunisasi adalah pengumuman, pengobatan terhadap  penyakit. (Kamus Besar
Bahasa Indonesia)

Tujuan Imunisasi
Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilang-kan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dan dunia seperti pada imunisasi cacar.

Macam Kekebalan
Dilihat dari cara timbulnya maka terdapat 2 jenis kekebalan, yaitu
1. Kekebatan pasif
   
Adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh bukan dibuat oleh individu
    itu sendiri. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan di
    metabolisme oleh tubuh
2. Kekebalan aktif
    
Adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada
     antigen seperti pada manusia atau terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif
     biasanya berlangsung lebih lama karena adanya memori imunologi.


Jenis Vaksin :
1. Vaksin hidup
    Berasal dari bakteri atau virus hidup yang dilemahkan. Bersifat labil dan dapat
    mengalami kerusakan bila kena panas dan sinar.
    Vaksin hidup yang tersedia saat ini.
    - Dari virus hidup : campak, gondongan, polio, 
                                  rotavirus,  demam kuning.
    - Vaksin dari hakteri : BCG, demam tipoid oral.
2. Vaksin Inaktivated
    Berasal dari bakteri, virus atau komponennya yang dibuat tidak aktif.
Vaksin   
    inactive selalu membutuhkan dosis ganda. Pada umumnya dosis pertama
    tidak menghasilkan imunisasi perspektif, tetapi hanya memacu atau
    menyimpan sistem imun. Respon imun protektif baru timbul setelah dosis
    kedua / ketiga

Vaksin inactived yang tersedia saat ini berasal dari:
v  Seluruh sel virus inactived, contoh : influenza, rabies, hepatitis A.
v  Seluruh sel bakteri inactived, contoh : pertusil, tifoid,  kolera.
v  Vaksin fraksional yang masuk sub unit contoh hepatitis B,  influenza, pertusis, aseiuler, tifoid VI, lyme disease.
v  Toksoid contoh difetria, tetanus, botalimum.
v  Polisakarida murni contoh pnemokokus, meningokokus dan kaemophilis.
v  Influenza tipe B.
v  Gabungan polisakarida (haemophilish influenza tipe B dan C pnaemokokus).




Faktor yang Mempengaruhi Kualitas dan Kuantitas Vaksin :
o  Cara pemberian vaksin.
o  Frekuensi pemberian.
o  Jenis vaksin.

Bahan-bahan Untuk Membuat Vaksin :
o  Dari bibit penyakit yang sudah dimatikan.
o  Dari bibit penyakit yang hidup yang sudah dilemahkan.
Ada yang dibuat dari racun yang dihasilkan oleh bakteri,  kemudian diubah
    menjadi toxoid sehingga tidak berbahaya bagi anak.
Ada yang dibuat dari hasil bioteknologi rekayasa genetika.


                           DASAR PERTAHANAN TUBUH
Untuk melawan zat yang secara potensial merusak  ataupun untuk melawan mikroorganisme, tubuh dilengkapi dengan mekanisme pertahanan spesifik dan non spesifik, yaitu :

Mekanisme non spesifik, suatu zat asing dapat dibuat tak merusak walaupun tanpa kontak sebelumnya.
Mekanisme spesifik, sebelumnya harus ada kontak pertama yang menyebab-kan terbentuknya antibodi.

Antigen:
benda asing bagi organisme yang menimbulkan proses perlawanan imunologik dalam darah dan jaringan. Antigen ini akan membentuk ikatan reversibel dengan antibodi khusus yang terbentuk untuknya.

Antibodi:
terbentuk setelah antigen berkontak dengan sel yang mempunyai kemampuan imunologik. Biasanya komplementer terhadap antigen dan spesifik.

Pembentukan antibodi:
antibodi dibentuk oleh sel plasma, yang terbentuk setelah kontak antigen dan berasal dari b-limfosit yang mengalami proliferasi dan diferensiasi.
Pada pertemuan pertama  b-limfosit dengan antigen, di samping terbentuk sel plasma (sel efektor) terbentuk juga apa yang disebut sel memori, yang juga bersirkulasi dalam darah. Pada kontak berikutnya dengan antigen, sel memori ini akan dapat mengenali antigen itu.

Jenis antibodi:
Imunoglobulin G (IgG),
dalam plasma manusia kadar IgG lebih tinggi daripada kadar imunglobulin lainnya. Satu-satunya imunglobulin yg dapat melewati membran,maka dpt masuk ke sirkulasi bayi yg dikandung. Dg demikian akan memberikan perlindungan pada bayi pada bulan-bulan pertama kelahirannya.
Imunglobulin M (IgM),
merupakan antibodi yg terbesar dan pada imunisasi pertama hampir selalu terbentuk pertama kali. Tapi kadarnya segera turun lagi dengan cepat. IgM jauh lebih berkhasiat daripada IgG.
Imunglobulin A (IgA),
mengkhususkan diri pada proses pertahanan permukaan mukosa tubuh. Fungsinya adalah untuk mencegah penimbunan dan masuknya penyebab penyakit serta zat antigen lain ke dalam selaput lendir.
    Merupakan satu-satunya antibodi yang dapat diekskresi
Imunglobulin D dan E belum banyak diketahui.



IMUNISASI  AKTIF
Pada imunisasi pertahanan aktif, antigen yang ada dalam vaksin akan menyebabkan pembentukan antibodi, yang menyebabkan organisme bersangkutan mempunyai imunitas spesifik terhadap antigen ini.

Pertahanan yang didapat dengan cara ini akan tetap ada beberapa tahun bahkan dapat sampai seumur hidup.

Syarat tercapainya imunisasi aktif yg bermanfaat :
          Vaksin tsb mengandung cukup antigen
          kondisi umum penerima vaksin baik/tidak terganggu

Jenis vaksin:
Menurut jenis antigen yang digunakan dibedakan atas:
         Vaksin dengan kuman apatogen atau avirulen yang masih dapat berkembang biak (vaksin hidup)
         Vaksin dengan kuman yang tak mampu berkembang biak, artinya kuman yang telah dimatikan atau (pada virus) yang sudah diinaktifkan (vaksin mati)
         Vaksin toksoid dengan toksin yang sudah dilemahkan.

Vaksin hidup adalah:
         Vaksin demam kuning
         Vaksin campak
         Vaksin parotitis
         Vaksin poliomielitis menurut cara Sabin
         Vaksin rubeola
         Vaksin BCG (=Bacillus Calmette Guerin)
Vaksin  mati  adalah:
         Vaksin poliomielitis menurut cara Salk
         Vaksin meningoensefalitis musim panas awal
         Vaksin influenza, rabies, pertusis, tifus dan kolera

Vaksin Toksoid adalah:
         Vaksin difteri dan tetanus



Pembagian lain:
         Vaksin Cair : tidak mengandung bahan tambahan lain.
         Vaksin adsorbat:  antigen diadsorpsikan pada zat adsorben misalnya aluminium hidroksida. Dengan pembebasan antigen yang diperlambat maka pembentukan antibodi akan diperkuat.


                                           JADWAL  VAKSINASI


Usia
Vaksinasi
Bayi  baru  lahir

3 Bulan

15 bulan
2 Tahun

6-10 tahun
Vaksinasi anti tbc (pada bahaya penularan yang meningkat)
Imunasi dasar terhadap difteri, tetanus, poliomielitis, fakultatif terhadap pertusis
Vaksinasi tampek-gondong dan rubeola
Vaksinasi DT (difteri,tetanus), vaksinasi polio secara oral
Vaksinasi penyegaran DT (mulai usia 10 tahun vaksin Ta , artinya dengan kandungan Di-Toksoid yg lebih rendah), vaksinasi oral polio; vaksinasi profilaktik tuberkulosis pada orang yang test tuberkulinnya negative
11-14 tahun



Vaksinasi penyegaran yang dilaksanakan dengan rutin
Vaksinasi rubeola untuk semua anak perempuan (juga jika divaksinasi pada usia anak-anak)
Tetanus tiap 10 tahun

Vaksinasi oral polio tiap       5-10 tahun
VAKSINASI  BCG
Untuk perlindungan terhadap tuberkulosis, bayi yang baru lahir yang bahaya ditularinya sangat tinggi, divaksinasi segera setelah kelahiran dengan bakteri tuberkulosis apatogen Typus bovinum (vaksinasi BCG).
Reaksi vaksinansi umum jarang terjadi.
Pada tempat penyuntikan setelah beberapa minggu akan timbul benjolan kecil yang kemudian tak nampak lagi.
Setelah vaksinasi BCG, vaksinasi berikutnya dilakukan dalam jarak 4 minggu


VAKSINASI DIFTERI
Untuk imunisasi aktif terhadap difteri digunakan difteri-formol-toksoid yang diabsorpsikan pada alumunium hidroksida.
Vaksin ini mempunyai derajat kemurnian yang tinggi dan mengandung kadar antigen yang tinggi.
Imunisasi dasar dilakukan dengan penyuntikan 3 kali 0,5 ml vaksin (vaksin adsorbat difteri AI.F.T. Behringwerke)
Reaksi imunisasi jarang terjadi.
Kadang-kadang pada tempat penyuntikan terjadi pemerahan, udem dan rasa ditekan, disertai demam ringan dan sakit kepala



VAKSINASI  TETANUS
Tetanus ditimbulkan oleh toksin Clostridium tetani, suatu bakteri anaerob yang membentuk spora.
Penyakit ini ditandai dengan kejang tonik otot skelet.
Bahaya infeksi tetanus universal.  Vaksin ini diperlakukan seperti vaksin difteri  yaitu dengan formaldehida dan mengandung toksin tetanus (tetanus formoltoksoid) yang terikat pada alumunium hidroksida.
Imunisasi dasar: disuntikkan 2 kali 0,5 ml IM dengan jarak 4-8 minggu.
Suntikan ketiga  dilakukan setelah 6-12 bulan.
Vaksinasi penyegar dilakukan selang waktu 10 tahun, akan tetapi pada luka harus dilakukan 5 tahun setelah vaksinasi terakhir.
Reaksi akibat vaksinasi jarang terjadi.


VAKSINASI HEPATITIS B
Untuk imunisasi aktif terhadap hepatitis B dibuat sebuah vaksin yang mengandung antigen permukaan virus hepatitis B.
Vaksinasi ini diindikasikan bagi semua orang yang mempunyai risiko tinggi  terkena  hepatitis B.
Untuk imunisasi dasar disuntikkan 1 ml vaksin IM selang waktu 4 minggu, suntikan booster diberikan 6 bulan setelah suntikan pertama.
Efek samping yang dapat terjadi adalah :
          reaksi lokal,
          kadang-kadang demam,
          keluhan pada otot dan sendi
          nausea dan muntah


VAKSINASI TERHADAP MENINGOENSEFALITIS AWAL MUSIM PANAS
Penyakit ini merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus  yang terutama dihantarkan oleh tungau penghisap darah (Ixodes ricinus) dan terdapat endemik terutama di Jerman selatan dan Austria.


VAKSINASI POLIOMIELITIS
Kelumpuhan pada anak-anak disebabkan oleh 3 jenis virus
poliomielitis yang berbeda.
         Vaksin Salk mengandung ketiga jenis virus yang diinaktifkan. Disuntikkan dua kali dengan jarak 1 bulan. Suntikan berikutnya diberikan setelah satu tahun. Jarang terjadi reaksi setelah imunisasi.
         Vaksin hidup, dapat diberikan secara oral (vaksin telan).
Titer antibodi akan bertahan lebih lama  dari vaksin Salk. Dapat terjadi reaksi setelah imunisasi: sakit kepala, nyeri otot dan demam, diare.


VAKSINASI  CAMPAK
Campak terjadi setelah infeksi virus campak.
Vaksin virus campak disuntikkan sekali 0,5 ml SC.
Komplikasi akibat vaksinasi jarang terjadi.

VAKSINASI  PAROTITIS
Dilakukan karena adanya komplikasi yang agak sering terjadi (meningitis, pankreatitis, orkhitis) setelah infeksi dengan virus parotitis ini.
Disuntikkan satu kali 0,5 ml vaksin secara SC.
Setelah vaksinasi dapat terjadi demam singkat, umumnya pada minggu kedua. Kadang-kadang terjadi reaksi alergi.

VAKSINASI  CAMPAK  JERMAN
Penyakit yang  disebabkan oleh virus rubella  ini, pada anak-anak dan orang dewasa umumnya tidak berbahaya.
Jika seorang wanita pada awal kehamilannya  pada bulan-bulan pertama menderita rubella, maka pada embrio akan ada bahaya embriopati dengan ketulian pada telinga dalam, gangguan penglihatan, kelainan jantung.
Vaksin yang digunakan yaitu virus yang dilemahkan (Rubella-HDC vaccine Wellcome)
Reaksi  setelah vaksinasi jarang.

VAKSINASI INFLUENZA
Syarat tercapainya vaksinasi yang berhasil terhadap influenza dengan virus influenza yang diinaktifkan adalah penyesuaian vaksin pada penyebabnya. (dalam vaksin harus terkandung antigen khusus bersangkutan)
Imunisasi dilakukan dengan suntikan satukali 0,5 ml IM.
Vaksinasi penyegaran: setahun sekali.
Reaksi lokal: pemerahan, udem
Reaksi umum : sakit kepala, demam
Biasanya reaksi-reaksi ini akan segera hilang

VAKSINASI  CACAR
Vaksinasi perlindungan terhadap cacar yang dulu diharuskan sesuai dengan peraturan, saat ini tidak dilaksanakan lagi karena dg usaha-usaha vaksinasi di seluruh dunia tdk timbul serangan lagi.


VAKSINASI  RABIES
Rabies disebabkan oleh virus RNA yang bersifat neurotropik, peka terhadap cahaya dan panas, tetapi tahan terhadap dingin dan pembusukan
Penularan terhadap manusia umumnya terjadi melalui gigitan atau cakaran.
Vaksinasi dilakukan dengan virus rabies yang dibiakkan pada sel diploid manusia dan diinaktifkan dengan  b-propiolakton (Vaksin HDC= human diploid cells).
Untuk pencegahan, disuntikkan 2 sampai 3 kali 1 ml vaksin.
Setelah terinfeksi pada orang yang tidak menjalani imunisasi dasar: diberikan total 6 kali  suntikan (segera setelah infeksi serta setelah 3,7,14,30 dan 90 hari)
Pada tempat penyuntikan dapat timbul rasa nyeri ringan, pemerahan dan indurasi.



IMUNISASI  PASIF
(PROFILAKSIS SERUM)  DAN  TERAPI  SERUM

Pada imunisasi pasif, antibodi yang sudah terbentuk dalam tubuh hewan atau manusia akan disuntikkan pada pasien.
Serum adalah preparat antibodi yang diperoleh dari hewan yang diimunisasi atau yang berasal dari  darah manusia.
Yang berasal dari darah manusia disebut preparat imunglobulin.
Keuntungannya yang diperoleh dari hewan ialah pemasukan yang segera, Kerugiannya : pertahanan  hanya  berlangsung singkat, pada serum hewan hanya 8-14 hari, pada imunglobulin beberapa minggu. Pada penggunaan serum hewan jumlah komplikasi tinggi.



Indikasi  Imunisasi  Pasif:
Jika ada kemungkinan terjadinya infeksi tetanus atau rabies.
Penanganan hanya bermanfaat jika perbanyakan kuman yang intensif terutama virus atau ikatan toksin pada struktur tubuh sendiri belum terjadi.

SERUM HEWAN:
Untuk mendapatkan serum: antigen disuntikkan kepada kuda, sapi atau hewan percobaan lain dengan lama tertentu sampai didapat titer antibodi yang tinggi. Setelah itu darah diambil dan dikerjakan, dan serum yang diperoleh disebut serum asli.
Saat ini serum asli jarang digunakan lagi karena bahaya reaksi yg timbul terlalu besar ( demam, udem, pembengkakan pada nodus limfe, syok anafilaktik).


SERUM FERMO ( Serum yang dimurnikan secara fermentatif)
Serum ini akan sangat mengurangi bahaya sensibilisasi, akan tetapi tetap spesifik. Karena itu uji reaksi atau anafilaktik tetap harus dilakukan sebelum penggunaan sebagaimana biasa.
Serum hewan yang saat ini ada dalam perdagangan umumnya berasal dari kuda.


IMUNSUPRESIVA
Adalah senyawa yang mempunyai kemampuan menekan reaksi imun.
Ada keadaan tertentu dimana penekanan pada peristiwa imunologik dibenarkan atau bahkan harus dilakukan. Yaitu pada:
          Transplantasi organ
          Penyakit Autoimun

Reaksi imunologik hanya bermanfaat jika sistem imunologik antara tubuh sendiri dan komponen asing dapat dibedakan. Kemampuan untuk membedakan itu didapat pada akhir kehamilan dan bulan-bulan pertama kelahiran. Fungsi ini dapat terganggu. Suatu organisme dapat membentuk antibodi terhadap zat tubuhnya sendiri. Penyakit ini dinamakan penyakit Autoimun atau autoagresi.
Untuk melawan penyakit ini, dapat dilakukan dg Imunsupresiva.

Imunsupresiva yang dikenal saat ini yaitu:
          Glukokortikoid
          Sitostatika
          Sikloporin
          Globulin antilimfosit

No comments:

Post a Comment