Vaksin:
Adalah bahan antigenik yang digunakan
untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat
mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau
"liar".
Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak
menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil
pemurniannya (protein, peptida, partikel
serupa virus, dsb.). Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan manusia
atau hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen
tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan
sel-sel degeneratif (kanker).
Menumbuhkan
kekebalan
Sistem kekebalan
mengenali partikel vaksin sebagai agen asing, menghancur-kannya, dan
"mengingat"-nya.
Ketika di kemudian
hari agen tsb menginfeksi tubuh, sistem kekebalan telah siap:
Menetralkan
bahannya sebelum bisa memasuki sel; dan
Mengenali dan
menghancurkan sel yang telah terinfeksi sebelum agen ini dapat berbiak.
Vaksin yang
dilemahkan digunakan untuk melawan tuberkulosis, rabies,
dan cacar;
agen yang telah mati digunakan untuk mengatasi kolera
dan tifus;
toksoid digunakan untuk melawan difteri dan tetanus.
Vaksin sejauh
ini bisa menimbulkan efek samping yang
merugikan, dan harus diperkuat dengan vaksinasi ulang beberapa tiap tahun.
Suatu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan vaksinasi DNA.
DNA yang menyandi suatu bagian virus atau bakteri yang dapat dikenali oleh
sistem kekebalan dimasukkan dan diekspresikan dalam sel manusia/hewan. Sel-sel ini selanjutnya
menghasilkan toksoid agen penginfeksi, tanpa pengaruh berbahaya lainnya.
Pada tahun 2003, vaksinasi DNA masih dalam percobaan, namun menunjukkan
hasil yang menjanjikan.
Imunisasi di Indonesia dimulai tahun 1858 dengan pelaksanaan
imunisasi cacar di Pulau Jawa. Kegiatan ini telah berhasil membasmi penyakit
cacar di Indonesia, hingga tahun 1974 Indonesia dinyatakan bebas cacar oleh WHO.
Sedangkan program Imunisasi secara resmi dimulai pada tahun 1977.
Program
Pengembangan Imunisasi (PPI) mencakup penyakit utama, yaitu : vaksin BCG, DPT,
Polio, Campak dan Hepatitis B harus menjadi perhatian dan
kewajiban orang tua untuk memberikan kesempatan kepada untuk mendapatkan
imunisasi yang lengkap, sehingga sasaran pemerintah agar setiap anak mendapat
imunisasi dasar terhadap 7 penyakit utama dapat dicegah.
Imunisasi polio diberikan untuk memberantas penyakit polio yang didapat dengan gejala adanya kelumpuhan mendadak. Karenanya, pemerintah Indonesia mengadakan program PIN (Pekan lmunisasi Nasional) yang diselenggarakan setiap 5 tahun sekali.
Imunisasi polio diberikan untuk memberantas penyakit polio yang didapat dengan gejala adanya kelumpuhan mendadak. Karenanya, pemerintah Indonesia mengadakan program PIN (Pekan lmunisasi Nasional) yang diselenggarakan setiap 5 tahun sekali.
Tiap tahunnya 2-3
kali penyelenggaraan. Hal ini menandakan adanya keseriusan pemerintah Indonesia
untuk memberantas penyakit polio dan menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa
yang sehat sesuai Program Pemerintah Indonesia sehat di tahun 2010.
Konsep
Dasar Imunisasi
Pengertian:
• Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
Pengertian:
• Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila ia terpajan pada antigen
yang serupa, tidak terjadi penyakit.
• Imunisasi adalah pengumuman, pengobatan terhadap penyakit. (Kamus Besar
• Imunisasi adalah pengumuman, pengobatan terhadap penyakit. (Kamus Besar
Bahasa Indonesia)
Tujuan Imunisasi
Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilang-kan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dan dunia seperti pada imunisasi cacar.
Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilang-kan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dan dunia seperti pada imunisasi cacar.
Macam Kekebalan
Dilihat dari cara
timbulnya maka terdapat 2 jenis kekebalan, yaitu
1. Kekebatan pasif
Adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh bukan dibuat oleh individu
Adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh bukan dibuat oleh individu
itu sendiri. Kekebalan pasif tidak
berlangsung lama karena akan di
metabolisme oleh tubuh
2. Kekebalan aktif
Adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada
Adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada
antigen seperti pada manusia atau terpajan
secara alamiah. Kekebalan aktif
biasanya berlangsung lebih lama karena
adanya memori imunologi.
Jenis Vaksin :
1. Vaksin hidup
Berasal dari bakteri atau virus hidup yang
dilemahkan. Bersifat labil dan dapat
mengalami kerusakan bila kena panas dan
sinar.
Vaksin hidup yang tersedia saat ini.
- Dari virus hidup : campak, gondongan, polio,
- Dari virus hidup : campak, gondongan, polio,
rotavirus, demam kuning.
- Vaksin dari hakteri : BCG, demam tipoid oral.
- Vaksin dari hakteri : BCG, demam tipoid oral.
2. Vaksin Inaktivated
Berasal dari bakteri, virus atau komponennya yang dibuat tidak aktif. Vaksin
Berasal dari bakteri, virus atau komponennya yang dibuat tidak aktif. Vaksin
inactive selalu membutuhkan dosis ganda.
Pada umumnya dosis pertama
tidak menghasilkan imunisasi perspektif,
tetapi hanya memacu atau
menyimpan sistem imun. Respon imun
protektif baru timbul setelah dosis
kedua / ketiga
Vaksin inactived yang tersedia saat ini
berasal dari:
v Seluruh
sel virus inactived, contoh : influenza, rabies, hepatitis A.
v Seluruh
sel bakteri inactived, contoh : pertusil, tifoid, kolera.
v Vaksin
fraksional yang masuk sub unit contoh
hepatitis B, influenza, pertusis, aseiuler,
tifoid VI, lyme disease.
v Toksoid
contoh difetria, tetanus, botalimum.
v Polisakarida
murni contoh pnemokokus, meningokokus dan
kaemophilis.
v Influenza
tipe B.
v Gabungan
polisakarida (haemophilish influenza tipe B dan C
pnaemokokus).
Faktor yang Mempengaruhi Kualitas dan
Kuantitas Vaksin :
o Cara pemberian vaksin.
o Frekuensi pemberian.
o Jenis vaksin.
o Cara pemberian vaksin.
o Frekuensi pemberian.
o Jenis vaksin.
Bahan-bahan Untuk Membuat Vaksin :
o Dari bibit penyakit yang sudah dimatikan.
o Dari bibit penyakit yang hidup yang sudah dilemahkan.
oAda
yang dibuat dari racun yang dihasilkan oleh bakteri, kemudian diubah
o Dari bibit penyakit yang sudah dimatikan.
o Dari bibit penyakit yang hidup yang sudah dilemahkan.
o
menjadi toxoid sehingga tidak berbahaya bagi anak.
oAda
yang dibuat dari hasil bioteknologi rekayasa genetika.
o
DASAR PERTAHANAN
TUBUH
Untuk melawan zat yang secara potensial
merusak ataupun untuk melawan
mikroorganisme, tubuh dilengkapi dengan mekanisme pertahanan spesifik
dan non spesifik, yaitu :
Mekanisme non spesifik,
suatu zat asing dapat dibuat tak merusak walaupun tanpa kontak sebelumnya.
Mekanisme spesifik,
sebelumnya harus ada kontak pertama yang menyebab-kan terbentuknya antibodi.
Antigen:
benda asing bagi organisme yang
menimbulkan proses perlawanan imunologik dalam darah dan jaringan. Antigen ini
akan membentuk ikatan reversibel dengan antibodi khusus yang terbentuk
untuknya.
Antibodi:
terbentuk setelah antigen berkontak
dengan sel yang mempunyai kemampuan imunologik. Biasanya komplementer terhadap
antigen dan spesifik.
Pembentukan
antibodi:
antibodi dibentuk oleh sel plasma, yang
terbentuk setelah kontak antigen dan berasal dari b-limfosit yang mengalami
proliferasi dan diferensiasi.
Pada pertemuan pertama b-limfosit dengan antigen, di
samping terbentuk sel plasma (sel efektor) terbentuk juga apa yang
disebut sel memori, yang juga bersirkulasi dalam darah. Pada kontak
berikutnya dengan antigen, sel memori ini akan dapat mengenali antigen itu.
Jenis antibodi:
Imunoglobulin G (IgG),
dalam plasma manusia kadar IgG lebih
tinggi daripada kadar imunglobulin lainnya. Satu-satunya imunglobulin yg dapat
melewati membran,maka dpt masuk ke sirkulasi bayi yg dikandung. Dg demikian
akan memberikan perlindungan pada bayi pada bulan-bulan pertama kelahirannya.
Imunglobulin M (IgM),
merupakan antibodi yg terbesar dan pada
imunisasi pertama hampir selalu terbentuk pertama kali. Tapi kadarnya segera
turun lagi dengan cepat. IgM jauh lebih berkhasiat daripada IgG.
Imunglobulin A (IgA),
mengkhususkan diri
pada proses pertahanan permukaan mukosa tubuh. Fungsinya
adalah untuk mencegah penimbunan dan masuknya penyebab penyakit serta zat
antigen lain ke dalam selaput lendir.
Merupakan satu-satunya antibodi yang dapat diekskresi
Imunglobulin D dan
E belum banyak diketahui.
IMUNISASI AKTIF
Pada imunisasi
pertahanan aktif, antigen yang ada dalam vaksin akan menyebabkan pembentukan
antibodi, yang menyebabkan organisme bersangkutan mempunyai imunitas
spesifik terhadap antigen ini.
Pertahanan yang
didapat dengan cara ini akan tetap ada beberapa tahun bahkan dapat sampai
seumur hidup.
Syarat tercapainya
imunisasi aktif yg bermanfaat :
•
Vaksin tsb
mengandung cukup antigen
•
kondisi umum penerima vaksin baik/tidak
terganggu
Jenis vaksin:
Menurut jenis antigen yang digunakan
dibedakan atas:
•
Vaksin dengan kuman apatogen atau
avirulen yang masih dapat berkembang biak (vaksin hidup)
•
Vaksin dengan kuman yang tak mampu
berkembang biak, artinya kuman yang telah dimatikan atau (pada virus) yang
sudah diinaktifkan (vaksin mati)
•
Vaksin toksoid
dengan toksin yang sudah dilemahkan.
Vaksin hidup adalah:
•
Vaksin demam kuning
•
Vaksin campak
•
Vaksin parotitis
•
Vaksin poliomielitis menurut cara Sabin
•
Vaksin rubeola
•
Vaksin BCG
(=Bacillus Calmette Guerin)
Vaksin
mati adalah:
•
Vaksin poliomielitis menurut cara Salk
•
Vaksin meningoensefalitis musim panas
awal
•
Vaksin influenza, rabies, pertusis,
tifus dan kolera
Vaksin Toksoid adalah:
•
Vaksin difteri dan tetanus
Pembagian lain:
•
Vaksin Cair : tidak mengandung bahan
tambahan lain.
•
Vaksin adsorbat: antigen
diadsorpsikan pada zat adsorben misalnya aluminium hidroksida. Dengan
pembebasan antigen yang diperlambat maka pembentukan antibodi akan diperkuat.
JADWAL VAKSINASI
Usia
|
Vaksinasi
|
Bayi baru
lahir
3 Bulan
15 bulan
2 Tahun
6-10 tahun
|
Vaksinasi anti tbc (pada bahaya
penularan yang meningkat)
Imunasi dasar terhadap difteri,
tetanus, poliomielitis, fakultatif terhadap pertusis
Vaksinasi tampek-gondong dan rubeola
Vaksinasi DT (difteri,tetanus),
vaksinasi polio secara oral
Vaksinasi penyegaran DT (mulai usia
10 tahun vaksin Ta , artinya dengan kandungan Di-Toksoid yg lebih rendah),
vaksinasi oral polio; vaksinasi profilaktik tuberkulosis pada orang yang test
tuberkulinnya negative
|
11-14 tahun
Vaksinasi
penyegaran yang dilaksanakan dengan rutin
|
Vaksinasi
rubeola untuk semua anak perempuan (juga jika divaksinasi pada usia
anak-anak)
Tetanus tiap 10
tahun
Vaksinasi oral
polio tiap 5-10 tahun
|
VAKSINASI BCG
Untuk perlindungan
terhadap tuberkulosis, bayi yang baru lahir yang bahaya ditularinya sangat
tinggi, divaksinasi segera setelah kelahiran dengan bakteri tuberkulosis
apatogen Typus bovinum (vaksinasi BCG).
Reaksi vaksinansi
umum jarang terjadi.
Pada tempat
penyuntikan setelah beberapa minggu akan timbul benjolan kecil yang kemudian
tak nampak lagi.
Setelah vaksinasi
BCG, vaksinasi berikutnya dilakukan dalam jarak 4 minggu
VAKSINASI DIFTERI
Untuk imunisasi
aktif terhadap difteri digunakan difteri-formol-toksoid yang
diabsorpsikan pada alumunium hidroksida.
Vaksin ini
mempunyai derajat kemurnian yang tinggi dan mengandung kadar antigen yang tinggi.
Imunisasi dasar
dilakukan dengan penyuntikan 3 kali 0,5 ml vaksin (vaksin adsorbat difteri
AI.F.T. Behringwerke)
Reaksi imunisasi
jarang terjadi.
Kadang-kadang pada
tempat penyuntikan terjadi pemerahan, udem dan rasa ditekan, disertai demam
ringan dan sakit kepala
VAKSINASI TETANUS
Tetanus
ditimbulkan oleh toksin Clostridium tetani, suatu bakteri anaerob yang
membentuk spora.
Penyakit ini
ditandai dengan kejang tonik otot skelet.
Bahaya infeksi
tetanus universal. Vaksin ini
diperlakukan seperti vaksin difteri
yaitu dengan formaldehida dan mengandung toksin tetanus (tetanus
formoltoksoid) yang terikat pada alumunium hidroksida.
Imunisasi dasar:
disuntikkan 2 kali 0,5 ml IM dengan jarak 4-8 minggu.
Suntikan
ketiga dilakukan setelah 6-12 bulan.
Vaksinasi penyegar
dilakukan selang waktu 10 tahun, akan tetapi pada luka harus dilakukan 5 tahun
setelah vaksinasi terakhir.
Reaksi akibat
vaksinasi jarang terjadi.
VAKSINASI
HEPATITIS B
Untuk imunisasi
aktif terhadap hepatitis B dibuat sebuah vaksin yang mengandung antigen
permukaan virus hepatitis B.
Vaksinasi ini
diindikasikan bagi semua orang yang mempunyai risiko tinggi terkena
hepatitis B.
Untuk imunisasi
dasar disuntikkan 1 ml vaksin IM selang waktu 4 minggu, suntikan booster
diberikan 6 bulan setelah suntikan pertama.
Efek samping yang
dapat terjadi adalah :
•
reaksi lokal,
•
kadang-kadang demam,
•
keluhan pada otot dan sendi
•
nausea dan muntah
VAKSINASI TERHADAP MENINGOENSEFALITIS
AWAL MUSIM PANAS
Penyakit ini merupakan penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus yang terutama
dihantarkan oleh tungau penghisap darah (Ixodes ricinus) dan terdapat endemik
terutama di Jerman selatan dan Austria .
VAKSINASI
POLIOMIELITIS
Kelumpuhan pada
anak-anak disebabkan oleh 3 jenis virus
poliomielitis yang berbeda.
•
Vaksin Salk
mengandung ketiga jenis virus yang diinaktifkan. Disuntikkan dua kali dengan
jarak 1 bulan. Suntikan berikutnya diberikan setelah satu tahun. Jarang terjadi
reaksi setelah imunisasi.
•
Vaksin hidup, dapat diberikan secara oral (vaksin telan).
Titer antibodi
akan bertahan lebih lama dari vaksin
Salk. Dapat terjadi reaksi setelah imunisasi: sakit kepala, nyeri otot dan
demam, diare.
VAKSINASI CAMPAK
Campak terjadi
setelah infeksi virus campak.
Vaksin virus
campak disuntikkan sekali 0,5 ml SC.
Komplikasi akibat
vaksinasi jarang terjadi.
VAKSINASI PAROTITIS
Dilakukan karena
adanya komplikasi yang agak sering terjadi (meningitis, pankreatitis, orkhitis)
setelah infeksi dengan virus parotitis ini.
Disuntikkan satu
kali 0,5 ml vaksin secara SC.
Setelah vaksinasi
dapat terjadi demam singkat, umumnya pada minggu kedua. Kadang-kadang terjadi
reaksi alergi.
VAKSINASI CAMPAK
JERMAN
Penyakit yang disebabkan oleh virus rubella ini, pada anak-anak dan orang dewasa umumnya
tidak berbahaya.
Jika seorang
wanita pada awal kehamilannya pada
bulan-bulan pertama menderita rubella, maka pada embrio akan ada bahaya
embriopati dengan ketulian pada telinga dalam, gangguan penglihatan, kelainan
jantung.
Vaksin yang
digunakan yaitu virus yang dilemahkan (Rubella-HDC vaccine Wellcome)
Reaksi setelah vaksinasi jarang.
VAKSINASI
INFLUENZA
Syarat tercapainya
vaksinasi yang berhasil terhadap influenza dengan virus influenza yang
diinaktifkan adalah penyesuaian vaksin pada penyebabnya. (dalam vaksin harus
terkandung antigen khusus bersangkutan)
Imunisasi
dilakukan dengan suntikan satukali 0,5 ml IM.
Vaksinasi
penyegaran: setahun sekali.
Reaksi lokal:
pemerahan, udem
Reaksi umum :
sakit kepala, demam
Biasanya
reaksi-reaksi ini akan segera hilang
VAKSINASI CACAR
Vaksinasi
perlindungan terhadap cacar yang dulu diharuskan sesuai dengan peraturan, saat
ini tidak dilaksanakan lagi karena dg usaha-usaha vaksinasi di seluruh dunia
tdk timbul serangan lagi.
VAKSINASI RABIES
Rabies disebabkan
oleh virus RNA yang bersifat neurotropik, peka terhadap cahaya dan panas,
tetapi tahan terhadap dingin dan pembusukan
Penularan terhadap
manusia umumnya terjadi melalui gigitan atau cakaran.
Vaksinasi
dilakukan dengan virus rabies yang dibiakkan pada sel diploid manusia
dan diinaktifkan dengan b-propiolakton
(Vaksin HDC= human diploid cells).
Untuk pencegahan,
disuntikkan 2 sampai 3 kali 1 ml vaksin.
Setelah terinfeksi
pada orang yang tidak menjalani imunisasi dasar: diberikan total 6 kali suntikan (segera setelah infeksi serta setelah
3,7,14,30 dan 90 hari)
Pada tempat
penyuntikan dapat timbul rasa nyeri ringan, pemerahan dan indurasi.
IMUNISASI PASIF
(PROFILAKSIS SERUM) DAN TERAPI
SERUM
Pada imunisasi
pasif, antibodi yang sudah terbentuk dalam tubuh hewan atau manusia akan
disuntikkan pada pasien.
Serum adalah preparat antibodi yang diperoleh dari hewan
yang diimunisasi atau yang berasal dari
darah manusia.
Yang berasal
dari darah manusia disebut preparat imunglobulin.
Keuntungannya
yang diperoleh dari hewan ialah pemasukan yang segera, Kerugiannya :
pertahanan hanya berlangsung singkat, pada serum hewan hanya
8-14 hari, pada imunglobulin beberapa minggu. Pada
penggunaan serum hewan jumlah komplikasi tinggi.
Indikasi Imunisasi
Pasif:
Jika ada
kemungkinan terjadinya infeksi tetanus atau rabies.
Penanganan hanya
bermanfaat jika perbanyakan kuman yang intensif terutama virus atau ikatan
toksin pada struktur tubuh sendiri belum terjadi.
SERUM HEWAN:
Untuk mendapatkan
serum: antigen disuntikkan kepada kuda, sapi atau hewan percobaan lain dengan
lama tertentu sampai didapat titer antibodi yang tinggi. Setelah itu darah
diambil dan dikerjakan, dan serum yang diperoleh disebut serum asli.
Saat ini serum
asli jarang digunakan lagi karena bahaya reaksi yg timbul terlalu besar (
demam, udem, pembengkakan pada nodus limfe, syok anafilaktik).
SERUM FERMO ( Serum yang dimurnikan secara fermentatif)
Serum ini akan
sangat mengurangi bahaya sensibilisasi, akan tetapi tetap spesifik. Karena itu
uji reaksi atau anafilaktik tetap harus dilakukan sebelum penggunaan
sebagaimana biasa.
Serum hewan yang
saat ini ada dalam perdagangan umumnya berasal dari kuda.
IMUNSUPRESIVA
Adalah senyawa
yang mempunyai kemampuan menekan reaksi imun.
Ada keadaan
tertentu dimana penekanan pada peristiwa imunologik dibenarkan atau bahkan
harus dilakukan. Yaitu pada:
•
Transplantasi
organ
•
Penyakit
Autoimun
Reaksi imunologik
hanya bermanfaat jika sistem imunologik antara tubuh sendiri dan komponen asing
dapat dibedakan. Kemampuan untuk membedakan itu didapat pada akhir kehamilan
dan bulan-bulan pertama kelahiran. Fungsi ini dapat terganggu. Suatu organisme
dapat membentuk antibodi terhadap zat tubuhnya sendiri. Penyakit ini dinamakan
penyakit Autoimun atau autoagresi.
Untuk melawan
penyakit ini, dapat dilakukan dg Imunsupresiva.
Imunsupresiva yang
dikenal saat ini yaitu:
•
Glukokortikoid
•
Sitostatika
•
Sikloporin
•
Globulin antilimfosit